Ramadhan Belum Selesai
Bersama Pemateri :
Ustadz Ahmad Zainuddin
Ramadhan Belum Selesai adalah ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. pada Rabu, 25 Ramadhan 1443H / 27 April 2022 M.
Kajian Ilmiah Tentang Ramadhan Belum Selesai
Pada kesempatan kali ini kita membahas sebuah tema “Ramadhan belum selesai”. Hal ini agar mengingatkan kepada kaum muslimin bahwasanya Ramadhan bulan yang penuh dengan berkah belum selesai. Baik itu berkah berupa ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala atau berkah berupa pembebasan dari api nerakanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, atau berkah berupa dimudahkannya untuk beramal shalih dan ditempatkannya pahala di dalam bulan Ramadhan ini.
Kita masih di tanggal 25 Ramadhan 1443 Hijriyah bagi yang mengikuti ketetapan pemerintah negara kesatuan Republik Indonesia. Kalau seandainya Ramadhan itu 29 hari, maka berarti dengan hari ini masih tersisa 5 hari.
Dan agar kita tetap bersemangat/tidak kendor di hari-hari puncak keberkahan Ramadhan, maka saya ingin mengingatkan bahwasanya sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama bahwa di 10 hari terakhir Bulan Ramadhan terdapat lailatul qadar. Sebagaimana hadits Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam riwayat Imam Bukhari dan Muslim:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan ada 5 malam yang sudah lewat dari 10 malam terakhir dari bulan Ramadhan. Berarti Ramadhan belum selesai. Bahkan disebutkan bahwasanya lailatul qadar lebih diharapkan terjadinya di 7 malam terakhir. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhuma:
أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ
“Bahwa ada beberapa sahabat Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diperlihatkan di dalam mimpi bahwa lailatul qadar terjadi pada 7 hari terakhir bulan Ramadhan.”
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengomentari mimpi mereka ini, beliau mengatakan:
أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ
“Aku melihat mimpi-mimpi kalian telah bersepakat (artinya setiap dari orang-orang tersebut bahwa lailatul qadar terjadi pada tujuh hari terakhir dari bulan Ramadhan), maka siapa saja yang bersungguh-sungguh mencari lailatul qadar, hendaklah dia bersungguh-sungguh di tujuh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Juga berdasarkan hadits dari Abdurrahman bin ‘Asilah Ash-Shunabihi Radhiyallahu ‘Anhu, beliau ditanya: “Apakah engkau pernah mendengar sesuatu tentang lailatul qadar?” Beliau berkata:
نعم، أخبرني بلال مؤذن النبي -صلى الله عليه وسلم-: أنها في السبع في العشر الأواخر
“Iya, aku telah diberitahukan oleh Bilal muadzinnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ‘Sesungguhnya dia terjadi pada tujuh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Ini yang mendasari bahwasanya tema kita “Ramadhan belum selesai”. Bahkan semakin mau berakhir bulan Ramadhan, maka semakin diharapkan terjadinya lailatul qadar.
Zir bin Khubaits bercerita: “Aku pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab: ‘Sesungguhnya saudaramu Abdullah bin Mas’ud berkata:
من يقم الحول يصب ليلة القدر
“Siapa yang bangun beribadah selama setahunan penuh, maka pasti dapat lailatul qadar.”
Maka Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Semoga Allah merahmati beliau! Sungguh yang diinginkan Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu adalah agar orang-orang tidak bersandar pada sesuatu (Abdullah bin Mas’ud tidak ingin memberatkan umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam). Tetapi ketahuilah bahwasannya lailatul qadar terjadi pada bulan Ramadhan, dan ia terjadi pada 10 malam terakhir, dan bahwasannya ia terjadi pada malam yang ke-27. Demi Allah, lailatul qadar malam ke-27.”
Zir bin Khubaits bertanya: “Dengan bukti apa engkau mengucapkan hal itu Wahai Abul Mundzir?”
Ubay bin Ka’ab menjawab:
بالعلامة أو بالآية التي أخبرنا رسول الله أنها تطلع يومئذٍ لا شعاع لها
“Dengan tanda yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memberitahukannya kepada kami: ‘Sesungguhnya matahari terbit pada pagi harinya tidak memiliki terik panas pada cahayanya.`”
Intinya bahwa Ramadhan belum selesai. Di hadapan kita masih banyak malam-malam yang lebih agung daripada malam-malam sebelumnya. Dan itulah konsep dari malam-malam Ramadhan. Bahwa malam-malam yang sudah lewat tidak lebih agung daripada malam-malam yang mau lewat.
Mungkin ada sebagian kaum muslimin yang selama 25 hari ini belum menghatamkan Al-Qur’an, belum banyak berdoa, belum banyak berdzikir, belum tarawih, bahkan mungkin belum shalat atau belum puasa Ramadhan, maka tidak ada kata terlambat sebelum nafas di tenggorokan. Tidak ada kata terlambat sebelum matahari terbit dari barat. Bertaubatlah kepada Allah, amalkanlah hadits Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ
“Wahai pencari kebaikan sambutlah…” Sambutlah bulan Ramadhan dengan beribadah meskipun di sisa-sisa hari ini. Jika dari awal banyak maksiat, maka tutuplah dengan ketaatan. Jika dari awal malas-malasan, maka tutuplah bulan ini dengan ibadah yang penuh dengan semangat.
“Wahai pencari keburukan cukuplah.” Anda sekarang sudah di penghujung bulan Ramadhan. Biarkan 25 hari tersebut, sudah jangan dipikirkan. Tetapi perbaiki hari-hari yang tersisa.
Imam Fudhail bin Iyadh Rahimahullah pernah bertemu dengan seorang yang berumur 60 tahun. Kemudian beliau berkata “Berarti selama ini engkau berjalan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala selama 60 tahun.”
Kemudian orang tersebut mengatakan: “Innalillahi wainnailaihirojiun (sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembalikan kepada Allah).” Ucapan ini diucapkan oleh seseorang ketika dia mendapat musibah. Artinya selama 60 tahun ini dia berjalan menghadap kepada Allah penuh dengan lika-liku, dosa, maksiat, kelalaian dan seterusnya.
Lalu Fudhail bin Iyadh berkata: “Apakah engkau mengetahui tafsir innalillahi wainnailaihirojiun?” Maka orang ini berkata: “Tafsirkanlah ayat itu untuk kami wahai Abu ‘Ali.”
Kemudian beliau mengatakan: “Sesungguhnya kita ini adalah hamba Allah dan sesungguhnya kita akan dihisab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala saat kembali kepada Allah.”
Orang tersebut kemudian bertanya kepada Fudhail bin Iyadh: “Lalu apa solusinya 60 tahun begitu banyak lika-liku kehidupan?” Mungkin begitu banyak harta yang diambil tanpa kebenaran, makanan-makanan yang dibeli dengan harta yang haram begitu banyak dimakan?
Pertanyaan ini sama dengan kondisi saat ini. Apa solusi untuk mengakhiri Ramadhan? Dimana Al-Qur’an belum khatam, berdoa tidak banyak, berdzikir tidak banyak, sedekah tidak banyak, tidak shalat, tidak puasa.
Maka beliau berkata: “Perbaikilah sisa-sisa hari, niscaya dosa-dosamu yang terhadulu diampuni oleh Allah. Dan Allah akan memberi petunjuk kepada hari-hari yang tersisa.”
Jadi saya nasihatkan untuk diri saya pribadi dan juga kaum muslimin. Jika memang di antara kita ada yang malas, ada santai-santai, maka tutup Ramadhan dengan ketaatan, kesemangatan, menjauhi maksiat dan seterusnya.
Semoga kita keluar dari bulan Ramadhan ini dalam keadaan diampuni dosanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Download mp3 Kajian Tentang Ramadhan Belum Selesai
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51675-ramadhan-belum-selesai/